Sabtu, 29 Desember 2012

Bu Sun



Adalah Sundari (45 tahun), ibu seorang putri (mengidap autis) merelakan diri mengabdi sebagai pendidik di sebuah sekolah untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu . Kurang lebih 10 tahun terhitung sejak 2002 beliau mengabdikan diri di sekolah tersebut

Kesulitan ekonomi dan masalah kesehatan putri satu-satunya itu tidak menjadi alasan Bu Sun untuk berbuat sesuatu, ini dilakukan dengan senang hati dan tanpa tendensi finansial. 

Tergeraknya hati Bu Sun untuk berbuat sesuatu itu diawali dari tempat beliau dulu mengajar, yaitu sebuah Madrasah Aliyah (setingkat SD) yang berada sekitar 5km  dari rumahnya. Pengelolah Yayasan MA tersebut saat itu memutuskan untuk menutup sekolah karena kendala pendanaan.       

Sebagian besar anak-anak yang sekolah di MA itu dari keluarga kurang mampu (buruh tani, buruh kebun), jika sekolah ditutup maka anak-anak tersebut akan putus sekolah. 

Maka Bu Sun dengan dibantu oleh beberapa kawan yang juga peduli akan kondisi itu, berinisiatif untuk terus membimbing & mengajar anak-anak yang putus sekolah tersebut secara sukarela.

Lalu Bu Sun meminta ijin kepada pengelolah MA untuk menggunakan gedung bekas MA tersebut sebagai sekolah rakyat, sekolah gratis untuk anak-anak disekitar Desa Tempurejo yang kurang mampu.

Sekolah tersebut diberi nama Sekarnadi, terletak sekitar 25km dari pusat kota Jember, tepatnya berada di Dusun Karang Tengah-Desa Tempurejo-Kecamatan Mumbulsari.   

Jumat, 28 Desember 2012

Nikah Masal


Saat itu, Juli 2008 (lupa tanggal) sebuah provider selular mempercayakan program social activity pada saya, saya ajak beberapa kawan seperkopian untuk terlibat.

Tercetus ide, Nikah Masal. Saya yang saat itu masih melajang, belum pernah menikah, belum tau proses pengurusan pernikahan...eee lha kok mau menikahkan orang hahaha. 
Tapi ide itu tidak muncul spontan.     

Pada saat saya masih sering aglejer ke beberapa daerah pinggiran Jember, banyak warga, khususnya warga kurang mampu status pernikahanya dibawah tangan (siri). 

Faktor penyebab kondisi itu adalah minimnya dana&minimnya pengetahuan untuk mendaftarkan legalitas pernikahan.  

Saat hari pelaksanaan, sebagian besar peserta nikah masal berusia sekitar 40 tahun keatas, ditambah 2 pasang peserta muda. 

Prosesi akad nikah dilaksanakan di Masjid Jamik Al Baitul Amin Jember, kemudian para pasangan nikah masal melakukan pawai keliling kota, naik becak & diiringi grup musik Patrol Idola.        

Di hari itu sangat menyenangkan...

Selasa, 25 Desember 2012

Bulan Madu Yang nge-Jazz


Jazz Gunung sudah menjadi agenda event rutin tahunan, digelar sekitar bulan Agustus, mengambil hari Sabtu-Minggu. 

Event yang mbois di moment yang mbois, lha wong saya dan istri sekalian bulan madu hehe...

Di ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut, alam Gunung Bromo berikut kondisi sosio-kultural di sekitarnya menjadi panggung hidup, bagian tak terpisahkan dari presentasi pemusik jazz saat itu. 



Kami menginap di rumah penduduk (homestay) dengan harga Rp.250.000,   makan+minum 'ikut dapur' si pemilik homestay, dengan memberi beliau sekian puluh ribu (lupa nominalnya) untuk 2 hari 1 malam, tentu menunya sederhana.         

Jazz Gunung menjadikan musik jazz itu sendiri menjadi tidak tersekat oleh image "wah". 


Semoga tahun-tahun kedepan Jazz Gunung tetap diadakan, dan saya akan mengajak anak-istri menyambutnya..


hmm pasti mbois..