Di sebuah tanah lapang di dusun nomor sembilan desa Curahnongko, 35km dari pusat kota Jember. Terdengar alunan musik tradisional sebagai penanda dimulainya pertunjukan kesenian tradisional. Setelah sebelumnya beberapa pinisepuh desa melakukan ritual dan memanjatkan doa syukur dan keselamatan.
Hari itu sedang ada acara semacam tasyakuran, “selametan petik panen”. Tasyakuran sebagai penanda dimulainya menanam di lahan yang dikelolah secara kolektif oleh warga. Hampir berbagai kegiatan warga desa Curahnongko dalam puncak acaranya selalu menyajikan pertunjukan kelompok kesenian tradisonal kebanggaan mereka. Kelompok kesenian tradisional Yakso Kusumo.
Kelompok kesenian tradisonal ini dibentuk, dikelolah, dan para pemainya pun adalah warga desa Curahnongko itu sendiri. Kelompok kesenian tradisional Yakso Kusumo terbagi dalam tiga bentuk kesenian, yaitu ; Jaranan, Lengger, dan Ludruk.
Dibagi pula waktu pertunjukanya. Jaranan main pagi s.d sore, Lengger main malam hari s.d tengah malam, Ludruk main tengah malam s.d pagi menjelang. Warga desa Curahnongko selalu setia menonton dari jam-perjam.
Bagi warga desa Curahnongko kelompok kesenian tradisional Yakso Kusuma tidak saja dimanfaatkan sebagai wadah berkesenian, tapi juga sebagai media silaturahmi. Hingga hari ini kelompok kesenian tradisional Yakso Kusumo masih terus eksis di tengah-tengah laju modernitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar