Minggu, 28 April 2013

Mimpi tentang Jember (Hutan Kota)


Selama bermimpi tidak dikenakan beban pajak oleh negara, baiklah saya akan bermimpi tentang kota kelahiran saya, Jember.  Saya tidak bermaksud Jemberisme, hanya kebetulatan saya lahir dan bereksistensi di Jember.

Saya kira alamiah jika kita menginginkan tempat dimana kita tinggal beserta lingkungan sekitarnya nyaman, rapi, bersih, tertib, indah.

Mendambakan hutan kota di pusat kota dengan luas sekian hektar. Ditanami banyak  pohon yang tidak saja membuat teduh tapi juga dapat menyerap polusi dan menyerap air.
Ada area bermain anak-anak yang sifatnya edukatif, ada area untuk bercengkerama keluarga dengan balai-balai tradisional.

Ada area urban farming (bertani di tengah kota), warga perkotaan bisa belajar bertani sambil berekreasi. Ada area outbond, ada camping ground.

Ada area botani praktis, warga bisa belajar mengenal banyak jenis tanaman. Ada kolam-kolam ikan, burung-burung dipelihara bebas (tidak ditangkar).
Bagaimana dengan perokok (seperti saya)?, tentu disediakan area merokok di sebuah tempat tertutup.

Bagaimana dengan kebersihan?, sebelum masuk hutan kota warga diberi dua kantong plastik. Satu bertuliskan sampah kering, satu lagi bertuliskan sampah basah. Petugas kebersihan disiagakan 24 jam (rolling/shift). Di banyak titik, menaruh tempat sampah pendam (ditanam di tanah), jadi tidak mengurangi keindahan pandangan mata.

Bagaimana dengan ketertiban dan keamanan?. Petugas yang direkrut dari masyarakat sipil, disiagakan 24 jam (rolling/shift). Simpatik, tidak kaku, namun tegas. Memakai pakaian tradisional Jember. Adaptasi konsep Pecalang di Bali. Di beberapa titik dipasang CCTV. Ada sanksi bagi warga yang melanggar peraturan di hutan kota.

Bagaimana dengan perawatan pohon-pohon atau tanaman yang ada di hutan kota?. Tentunya ada petugasnya tersendiri dibawah koordinasi para ahli lingkungan atau tanaman.

 Warga juga diajak untuk berpartisipasi. Misalkan seminggu sekali tiap kelurahan dihimbau mengerahkan warganya untuk melakukan bersih-bersih hutan kota. Bagi relawan-relawan yang ingin juga berpartisipasi didata dan difasilitasi.

Untuk efektivitas lahan dan agar tidak menganggu jalan umum, maka dibuat area parkir bawah tanah (basement).

Sepertinya akan sejuk plus menyenangkan jika Jember punya hutan kota, di pusat kota.

2 komentar:

  1. Urunan ae tah, tuku Taman Nasional Meru Betiri. Trus maringono dihibahno maneh, haha...

    Ide yang mbois sam :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. punya kita sendiri kok beli, ya diambil kembali sam..hihihi

      Hapus